Rabu, 17 September 2008

“Ngangkut Sekali, Untung Berkali-kali”


barat tagline-nya, Grand Max mencetak prestasi penjualan. Dalam tempo empat bulan, Grand Max terjual 3.628 unit. Bahkan, sampai saat ini sudah ada 4.622 unit yang resmi di-indent. Apa kunci sukses dari mobil niaga keluaran Daihatsu ini?

Meski pasar passanger car kian marak belakangan ini, bukan berarti pasar mobil niaga sudah tidak berpotensi lagi. Data Gaikindo menunjukkan bahwa dari total pasar mobil yang beredar di Indonesia, 60%-nya masih dikuasai pasar mobil niaga. Angka itu sudah mencakup semua segmen di pasar mobil niaga, yakni segmen low commercial, medium commercial, hingga heavy truck.

Para pemain di pasar mobil niaga itu pun cukup variatif. Ada Suzuki, Mitsubishi, Daihatsu, dan Toyota. Sebagai pemain yang kini menduduki posisi nomor tiga di pasar tersebut—setelah Suzuki dan Mitsubishi—Daihatsu merasa perlu melakukan inovasi di deretan produk mobil niaga maupun rangkaian kampanye komunikasinya.

Paling anyar, tepatnya pertengahan November 2007 lalu, Daihatsu mengganti tipe Zebra PU menjadi Grand Max. Sebulan kemudian, Grand Max diproduksi. Hasilnya, tak mengecewakan. Mobil niaga bervarian dua dari Daihatsu itu—minibus dan pick up—begitu direspon positif oleh pasar. “Sampai sekarang, banyak yang indent. Jumlah yang indent dan sudah membayar down payment Grand Max sebesar Rp 1 juta, sudah mencapai 4.622 unit. Mereka harus menunggu 4-5 bulan,” papar Executive Officer Marketing Director PT Astra Daihatsu Motor Amelia Tjandra.

Sementara itu, berdasarkan data Gaikindo, hingga kini Grand Max sudah membukukan penjualan 3.628 unit. 70%-nya dikontribusi oleh wilayah Jawa, sisanya luar Jawa. Di Jawa sendiri, 40%-nya terjual di Jakarta. Bahkan, pada saat diluncurkan tahun 2007, Grand Max sudah terjual 1.301 unit. Dengan perolehan penjualan seperti itu, kini Grand Max resmi menguasai pangsa pasar di total mobil niaga sebesar 8,8%.

Ditambahkan Amelia, “Target Grand Max ke depannya akan menjadi 2.300 unit per bulan. Tetapi, saat ini kami hanya bisa penuhi sekitar 1.300-1.500 unit. Kami juga akan mengekspor Grand Max ke luar negeri setiap bulannya sekitar 1.000 unit.”

Keberhasilan Grand Max, tak lepas dari unique selling point yang dimilikinya. Mobil ini mempunyai kapasitas paling besar di kelasnya. Tak heran, kalau tag line yang kerap dikampanyekan ke target pasar Grand Max adalah “banyak muatnya, besar manfaatnya” untuk tipe minibus dan “ngangkut sekali, untung berkali-kali” untuk jenis yang pick up.

Yang makin menggiurkan para pebisnis kelas menengah—yang notabene menjadi target bidik Grand Max—adalah harga yang serupa dengan kompetitor. “Dengan harga yang sama dengan competitor, kami menawarkan dua keunggulan. Yakni, teknologi mesin DOCH yang membuat Grand Max menjadi lebih irit serta kapasitas atau muatan yang lebih besar,” yakin Amelia.

Menimbang ada dua tipe pembeli Grand Max, yaitu 75%-nya disumbang dari pembeli ritel, sisanya pembeli dalam partai besar, maka untuk urusan strategi komunikasi dan pemasaran, tim Grand Max tidak pukul rata. Strategi di-customize selaras dengan kebutuhan plus karakter dari tipe pemebli tersebut.

Untuk pasar UKM (Usaha Kecil Menengah) umpamanya, tim Grand Max aka terlebih dahulu melihat jenis usaha mereka. Selanjutnya, kata Amelia, ”Kami akan memberikan semacam solusi untuk membantu kegiatan usaha mereka.”

Lain lagi dengan pembeli parta besar. Menurutnya, para pengusaha besar akan diundang Daihatsu untuk ke Jepang serta mengikutkan mereka dalam sebuah seminar. Menariknya, pembeli partai besar ini dikelompokkan lagi menjadi platinum gold, silver, dan tegular. Kategori platinum dan gold adalah perushaan yang sifatnya nasional. ”Untuk kategori platinum misalnya, kami memberikan potongan harga sekitar 5-20%,” aku Amelia.

Pasar angkutan kota—atau akrab dikenal dengan istilah angkot—rupanya menjadi bagian dari target Grand Max. Maklum, salah satu varian dari Grand Max adalah minibus, yang notabene bisa dimanfaatkan untuk angkot. Untuk kategori angkot ini, Grand Max terbilang cerdik. Yaitu, cukup membidik para pengusaha angkot maupun penjual mobil angkot paling besar di satu wilayah.

Sebut saja pengusaha sekaligus penjual mobil angkot di Jakarta yang bernama Hj. Etty Mustam. Melalui Etty, Grand Max sudah menyuplai 100 unit Grand Max. Jadi, jangan heran kalau angkot bermerek Grand Max sudah banyak wara-wiri di jalanan ibukota. “Untuk pasar angkot, saat ini Daihatsu memang hanya menyuplai untuk Hj. Etty,” ujar Amelia, yang mengaku masih belum menyasar komunitas lantaran Grand Max masih terbilang pendatang baru.

Ketika launching, tim penjual Grand Max pun melakukan berbagai upaya pendekatan ke pasar. Salah satunya, mengiming-imingi 500 pembeli pertama dengan akan langsung memperoleh suplay Grand Max. Cukup dimaklumi, lantaran sampai saat ini produksi Grand Max memang masih belum banyak. ”Awalnya, tim penjual kami membuat list potensial customer dahulu. Kemudian, mereka didatangi dan kami berikan penawaran. Jika mereka bersedia membeli, maka dalam tempo satu minggu, mobil akan kami kirim,” urainya.

Diakui Amelia, promosi dalam bentuk above the line (ATL) memang tidak terlalu besar pengaruhnya atas jumlah transaksi Grand Max. Yaitu, hanya 12% saja dari total transaksi. Sebaliknya, yang paling berpengaruh atas transaksi justru program below the line (BTL). ”Sebab, mereka belum bisa percaya dan belum bisa memutuskan, sebelum dilakukan test drive. Berkat promosi BTL, pengaruh atas transaksi mencapai 60%. Sisanya, berasal dari influencer melalui word of mouth dari teman atau kerabat,” terang Amelia, yang mengaku budjet marketing hingga sekarang telah menghabiskan dana sampai Rp 5 miliar.
majalah mix

Mulai Pakai Sistem Semi MLM

Lama tidak terdengar kabarnya, akhirnya Vitacharm menggeliat juga. Selain meluncurkan kampanye baru, mereka juga menghidupkan saluran distribusi langsung ke end user.

Sejak diambil alih dari PT Pola Sehat pada tahun 2000, manajemen PT Ultra Prima Artaboga yang bernaung di bawah Orang Tua Grup (OTG) tak kurang-kurang melakukan berbagai upaya untuk memunculkan merk ini ke permukaan. Sempat pada tahun 2004 mereka berusaha menghidupkan kembali brand yang sejatinya sudah ada sejak tahun 1979 itu. Saat itu revitalisasi dilakukan mulai dengan mengubah positioning produk (dari sekedar produk susu fermentasi menjadi minuman probiotik alias kesehatan) dan melakukan strategi branding sampai komunikasi secara terintegrasi.

Sayang hasilnya masih jauh panggang dari api. Mungkin lantaran program re-launch-nya kurang bombastis, gaung program tersebut bisa dikatakan nyaris tak terdengar. Sampai saat ini Yakult sang pemimpin pasar masih melenggang dengan penguasaan pasar lebih dari 50%. Maklum saja, merk ini tidak pernah mengendorkan syarafnya dalam melakukan edukasi pasar. Selain iklan-iklannya selalu konsisten dengan tema edukasi, ia pun tetap rajin menyelenggarakan program unggulannya yakni kunjungann pabrik dari masyarakat umum.

Sementara market share Vitacharm, kemungkinan besar masih belum mencapai dua digit. Sekedar menambah informasi, empat tahun lalu saat Yakult menguasai pangsa pasar susu fermentasi sekitar 62%, Vitacharm hanya kebagian 1,9%. Masih di bawah Calpico (keluaran Ajinomoto) yang market sharenya ketika itu sekitar 6,5%. Sayangnya Liem May Tjoe, Corporate Secretary OTG tak bersedia buka-bukaan di mana posisi merk tersebut saat ini. Yang jelas ia hanya menyebut kapasitas produksi pabrik mereka sekarang sebesar 1 juta botol per hari.

Namun kata putus asa tampaknya menjadi pantangan bagi OTG. Mereka sadar pasar susu fermentasi masih masih menyimpan potensi pasar yang sangat besar. Selain lantaran pemainnya belum terlalu banyak (setidaknya baru ada 3 pemain yang aple to aple yakni Yakult, Calpico dan Vitacharm), seperti dituturkan pengamat pemasaran Sumardy, peluang pasar produk ini juga makin berkembang dengan tren masyarakat yang makin sadar kesehatan.

Jadi layaklah kalau pertengahan Maret lalu OTG kembali ber-halo-halo dengan meluncurkan kampanye baru bertajuk Vitacharm Multi Probiotik 3 Days Challenge. Kampanye tersebut diluncurkan dalam rangka mencari duta-duta sehat Vitacharm Multi Probiotik ABC yang berasal dari kalangan konsumen sendiri.

Image

Melalui komunikasi yang terintegrasi antara lini atas dan lini bawah, konsumen diajak melakukan trial dengan mengonsumsi secara teratur 4-6 botol per hari selama tiga hari. Dari situ, jika mereka merasakan tiga manfaat langsung produk –yakni mengatasi masalah buang air besar yang tidak teratur, membantu mengatasi diare dan sembelit- yang bersangkutan diajak untuk memberikan testimoninya melalui web site Vitacharm atau melalui pesan singkat. Sebaliknya, jika manfaat tersebut tidak terbukti, konsumen mendapat jaminan uangnya akan dikembalikan.

Setiap bulan 10 testimony yang dianggap terbaik akan mendapatkan reward berupa langganan Vitacharm gratis selama setahun. Bahkan yang dianggap paling bagus akan mendapatkan grand reward berupa kursi pijat otomatis dan langganan Vitacharm gratis untuk tiga tahun. Untuk mengkomunikasikan kampanye tersebut, artis dan presenter Nico Siahaan dipilih menjadi duta sehat pertama sekaligus mengantarkan komunikasi lini atasnya (ATL) baik di layar kaca maupun media cetak.

Sumardy menilai strategi komunikasi itu cukup tepat sasaran jika dikaitkan dengan posisi Vitacharm. “Sebagai challenger memang paling enak melakukan kegiatan yang lebih heboh untuk menarik perhatian. Susah kalau hanya mengandalkan brand image itu sendiri. Apalagi karakteristik orang Indonesia memang suka mencoba,” ujarnya.

Namun menurutnya strategi ini akan lebih berdaya guna jika Vitacharm juga membangun link melalui community marketing. “Harusnya mereka juga kenceng main di komunitas marketing dengan memanfaatkan customer. Lihat saja, keberhasilan Yakult kan banyak disumbang oleh peran para Yakult Lady yang masuk ke komunitas ibu-ibu. Intinya mereka harus bisa menciptakan worth of mouth yang akan memberikan efek yang sangat nice,” ujarnya panjang lebar.

Dalam hal ini Vitacharm ternyata diam-diam juga bergerak. Meski belum seheboh Yakult Lady, mereka punya saluran distribusi langsung ke end user yang berpotensi menciptakan worth of mouth. Jika anda buka web site resmi Vitacharm, mereka menawarkan posisi Vita Champion bagi siapa saja yang berminat.

Seperti halnya distribusi dalam system multi level marketing (MLM), posisi rantai ini bisa didapatkan jika sasaran memperoleh pencapaian tertentu seperti berhasil menggaet dua orang pelanggan atau lima orang konsumen dalam sehari. Sistem pemeringkatannya pun tidak beda jauh dengan system MLM. Ada Vita Champion Plus, Vita Champion Leader dan yang tertinggi Vita Champion Ambasador. Distributor resminya sendiri tetap memakai PT Artha Boga Cemerlang. Anak perusahaan OTG ini dikenal kuat karena memiliki banyak cabang dan agen di seluruh Indonesia .

Dari sisi produk, setahun sebelumnya pada 2007 manajemen juga telah melakukan inovasi agar Vitacharm memiliki unique selling yang makin berbeda dengan competitor. Produk ini dibranding dengan nama Vitacharm Multi Probiotik ABC karena diklaim memiliki kandungan tiga macam probiotik -tidak hanya sejenis seperti yang dikandung Yakult. Yakni probiotik Acidophilus Digestiva, Bifido Defensia dan Casei Immunita yang akan memberikan pertahanan lengkap untuk pencernaan baik di usus halus maupun usus besar. Benefit ini merupakan penjelasan atas tag line TV Comercial (TVC) Vitacharm yang akrab di telinga anda selama setahun terakhir dan masih dipakai sampai sekarang : “Sehat, jangan setengah-setengah”.

Inovasi dalam hal kandungan probiotik praktis menjadi diferensiasi produk kedua terhadap competitor utama. Sebelumnya pada tahun 2004, Vitacharm diluncurkan dengan memperkenalkan 5 varian rasa (strawberry, anggur, mangga, apel dan jeruk) yang tidak dimiliki Yakult.

Milestone VitaCharm Multi Probiotic ABC

No

Periode

Activity/Campaign

Keterangan

Results

1

Before Mei 04

Tidak ada

VitaCharm diakuisisi OT pada thn 2003

2

May-04

Launch VC Probiotik. TVC Campaign "Our Family Hero"

Diluncurkan VitaCharm Probiotic dengan improvement produk, kemasan dan strategi promosi yang lebih baik. Campaign diluncurkan dengan menayangkan TVC versi "Our Family Hero". Distribusi VitaCharm juga diperluas meliputi semua kota yang ada di pulau Jawa dan kota - kota besar di luar pulau Jawa.

Omset meningkat, dan Industri susu fermentasi juga mengalami peningkatan sebesar 170%.

3

Mar-05

TVC Campaign Testimonial VitaCharm

Campaign dilanjutkan dengan testomonial pelanggan yang pernah merasakan manfaat VitaCharm Probiotic.

Sales growth 400%

4

Aug-05

TVC Campaign "Cara Enak Biar Enggak Gampang Sakit"

Campaign menjelaskan proses kerja VitaCharm di dalam tubuh manusia. Hanya 1 bulan campaign

Ada dampak peningkatan omset yang cukup signifikan saat diluncurkan TVC ini.

5

Aug-06

TVC Campaign: "Sehat Itu enak"

Campaign "sehat itu enak" diluncurkan agar konsumen menjadikan VitaCharm sebagai bagian dari kehidupan sehari - harinya. Dimana kalau ingin sehat tidak harus melakukan aktivitas yang tidak disukai (misalnya: diet, makan obat, dsb), tapi bisa dilakukan dengan enak, yaitu dengan minum VitaCharm setiap hari.

6

Jul-07

Launch VitaCharm Multi Probiotic ABC,"Sehat Jangan Setengah Setengah! "

VitaCharm melakukan inovasi produk, yang tadinya probiotic menjadi Multi Probiotic ABC, yaitu mengandung: Acidophilus Digestiva®, Bifido Defensia®, dan Casei Immunita®.

Acidophilus Digestiva® dan Casei Immunita® hidup di USUS HALUS, bermanfaat untuk membantu melindungi sistem pencernaan, membantu menjaga kondisi tubuh, membantu menjaga keseimbangan mikroflora, dan membantu menekan pertumbuhan bakteri merugikan seperti E. Coli, sehingga masalah diare dapat diatasi.

Sedangkan Bifido Defensia® hidup di USUS BESAR, bermanfaat untuk membantu gerakan peristaltik usus yang mengatur frekuensi buang air besar sehingga masalah sembelit dapat diatasi.

Produk probiotik biasa hanya aktif di usus halus saja. (produk probiotik biasa cuma ada 1 jenis probiotik). Padahal menurut penelitian 99% jumlah bakteri dalam tubuh manusia terdapat di saluran USUS BESAR.

7

Mar-08

VitaCharm Multi Probiotic ABC 3 Days Challenge

VitaCharm Multi Probiotic ABC 3 Days Challenge

Jadilah DUTA SEHAT VitaCharm! buktikan manfaat VitaCharm Multi Probiotic ABC bagi Kesehatan Pencernaan dan kelancaran B.A.B dalam 3 HARI! Atau UANG ANDA KEMBALI


Gaya Baru Kampanye Merek-merek Unilever

Ada yang baru dari sejumlah merek keluaran Unilever. Kalau iklan Lux dan Molto untuk pertama kalinya tampil dalam bungkus kreatif kartun animasi, Sunsilk justru memasang wajah artis cantik Marilyn Monroe, Madonna, dan Krisdayanti.

Penulis dan Peliput: Dwi Wulandari

Usai sukses membuat penasaran pemirsa lewat iklan berseri Pond’s, lagi, tahun ini Unilever menyajikan sejumlah iklan anyarnya lewat merek Lux, Molto, dan Sunsilk. Tidak seperti iklan-iklan sebelumnya, ketiga merek tersebut menawarkan kreatif yang benar-benar beda.

Lux dan Molto umpamanya, untuk kali pertamanya menyodorkan iklan bertema kartun. Sementara Sunsilk, memilih memunculkan ikon-ikon bintang kelas dunia maupun lokal. Yaitu, Madonna, Marilyn Monroe, dan Krisdayanti.

Sebagai merek yang membidik pasar dewasa, tema kartun merupakan pilihan yang terbilang berani. Apalagi, cerita iklan keduanya—Lux dan Molto—dibungkus bak sebuah dongeng.

Mari tengok cerita iklan Lux. Dikisahkan di sebuah desa antah berantah, hiduplah seorang boneka perempuan biasa bernama Luna. Dalam perjalanannya, tiba-tiba Luna menemukan batu ungu ajaib, yang belakangan merupakan sabun bantangan Lux. Di perhujung cerita, berkat menggunakan batu ungu ajaib itu, Luna berubah menjadi wanita paling cantik sekaligus menawan.

Setali tiga uang dengan Lux, Molto juga menghadirkan sosok Andy, pria jeans yang diceritakan berasal dari Negeri Kain. Dikisahkan di sana, Andy adalah seorang pop star yang memiliki kekasih Lily, perempuan katun sutra. Berkat kesetiaan Andy dan Lily memakai Molto Ultra, mereka pun akhirnya selalu tampil menjadi mahluk kain paling indah dan menawan di Negeri Kain.

Dijelaskan Senior Brand Manager Molto Veronica Utami, ”Negeri Kain adalah pendekatan imaginer dengan mempersonifikasikan pakaian sebagai mahluk hidup. Sementara Molto Ultra adalah produk yang digunakan oleh berbagai jenis pakaian itu untuk tetap menjaga bentuk, warna, dan kesegaran sehingga pakaian selalu tampil menarik.”

Tak tanggung-tanggung, lewat sosok Andy yang juga seorang pop star, memutuskan Molto untuk menggandeng Warner Music Indonesia. Dikatakan Veronica, musik adalah bahasa universal yang dipercaya mampu membuat orang terhanyut dan mendalami pesan komunikasi dari sebuah merek. ”Untuk itu, kami mengambil pendekatan jalur musik untuk membawa karakter Andy dan Lily lebih jauh ke dalam hati konsumen.” lanjutnya.

Hasilnya, Molto bukan hanya menghadirkan iklan bertema kartun dan musik, melainkan juga meluncurkan album berjudul Andy & Friends Love. Dalam album tersebut, ada hits berjudul ”La La La” yang dinyanyikan Andy. Selain itu, Andy juga berkolaborasi dengan 7 penyanyi terkenal. Sebut saja Marcell, Krisdayanti, Acha Septriasa dan Irwansyah, Jikustik, Andien, serta Maliq & D’Essentials, yang melantunkan hits-nya masing-masing.

Untuk membedah album Andy & Friends Love, kami telah menghadirkan Konser Selembut Cinta bertema Valentine Concert from Andy to Lily, yang tayang di RCTI dan TPI,” ungkap Veronica, yang menyebutkan album Andy & Friends Love juga dijual di pasaran dan bisa dijadikan kado romantis dalam merayakan hari Valentine.

Perubahan besar terjadi juga pada Sunslik. Selain melempar iklan anyar, Sunsilk juga memperkenalkan logo dan kemasan barunya. Kali ini, logo baru Sunsilk berbentuk tanda seru. ”Tanda seru yang merupakan logo baru Sunsilk, mengkomunikasikan semangat hidup yang tak bisa menunggu. Tentu saja sesuai dengan semangat hidup perempuan usia 20-an,” ujar Putri Paramita, Senior Brand Manager Sunsilk.

Mengambil tema semangat hidup yang tak bisa menunggu pada diri perempuan usia 20-an, dilakoni Sunsilk berdasarkan hasil riset global yang telah digelar Unilever. Melalui riset tersebut, ditemukan hasil bahwa setengah dari perempuan dari berbagai sudut dunia memilih bersembunyi di dalam rumah karena tidak percaya diri saat mereka merasa tidak bahagia dengan rambutnya.

Sementara itu, riset yang Sunsilk lakukan di Indonesia menjumpai fakta bahwa 97% perempuan berpendapat rambut memiliki peran penting dalam penampilan, yang membuatnya lebih bahagia dan tampil percaya diri. Bahkan, lebih dari 50% perempuan di Surabaya dan Makasar mengatakan bahwa rambut lebih penting dibanding pakaian. Yang menarik, 94% perempuan di Indonesia menyatakan bahwa rambut dapat mengubah penampilan dalam seketika, yang melahirkan rasa bahagia, percaya diri, dan yakin dalam menjalani hidup sekaligus meraih cita-cita.

Tak heran, bersamaan dengan peluncuran logo anyarnya, Sunsilk merefleksikan temuan tersebut dalam sebuah kanpanye global bertajuk Sebab Hidup Tak Bisa Menunggu. Kali ini, Sunsilk menjadikan Marilyn Monroe dan Madonna sebagai inspirasi bagi perempuan di berbagai belahan dunia. “Gaya rambut mereka turut menandai setiap perubahan hidup yang mereka alami,” tegas Putri, yang mengaku kampanye global tersebut pertama kali dirilis di Amerika.

Di Indonesia, Sunsilk memasang wajah artis cantik Krisdayanati.Walhasil, iklan Sunsilk yang tayang di Indonesia kali ini menampilkan wajah ketiganya—Marilyn Monroe, Madonna, dan Krisdayanti. “Krisdayanti telah terpilih sebagai ikon lokal yang mampu disejajarkan dengan artis dunia seperti Marilyn Monroe ataupun Madonna,” imbuh Putri.

Di mata Fauziah, pengkonsumsi loyal sejumlah produk Unilever—salah satunya Lux—ketiga iklan tersebut dianggap membingungkan dan aneh. “Iklan Lux, Molto, dan Sunsilk yang baru, menurut saya aneh dan membingungkan,” aku Fauziah, ibu satu putra yang kini berusia 33 tahun.

Bagi Fauziah—pegawai negeri sipil yang tengah menimba S2 di Universitas Negeri Jakarta—tema kartun yang diambil Lux dan Molto tak ubahnya iklan produk anak-anak. Bahkan, memanfaatkan kreativitas kartun, menurut dia, terkesan mengekor trend pasar. Maklum saja, iklan ber-genre kartun memang bukan yang pertama di Indonesia.

Pertama kali saya nonton, saya enggak ngeh ini iklan sabun. Meskipun, diceritakan di dalamnya, tokoh Luna menemukan batu ajaib ungu, yang merupakan sabun padat Lux. Baru di terakhir, ketika iklannya menyebut-nyebut nama Lux, saya ngeh bahwa itu iklan Lux,” urai Fauziah, yang lebih menyenangi iklan Lux sebelumnya, yang menampilkan the riil kecantikan seorang bintang seperti Luna Maya, Dian Sastro, dan sebagainya. Alias, bukan boneka kartun.

Setali tiga uang dengan Lux, iklan Molto pun dianggap Fauziah tak lebih bagus dibandingkan iklan sebelumnya. Diceritakan Fauziah, ”Pesan iklannya enggak jelas. Pertama kali muncul, iklan Molto khan berbentuk teaser. Beda dengan Pond’s yang benar-benar bikin saya penasaran, sampai saya menunggu-nunggu kelanjutannya, iklan Molto sama sekali tak membuat saya penasaran untuk mencari tahu kelanjutannya.”

Sebaliknya, dia justru menyukai iklan Molto sebelum-sebelumnya, versi anak dan ibu yang tengah merasakan sekaligus mencium kelembutan dari sebuah kain—yang notabene sudah menggunakan Molto saat proses pencucian. ”Pesan iklan Molto yang dulu jauh lebih jelas dibandingkan iklan versi kartun yang sekarang,” tegas Fauziah.

Demikian juga dengan Sunsilk. Kali pertama melihat iklan Sunsilk di TV, Fauziah menduga iklan itu adalah iklan album kaset artis-artis legendaris seperti Marilyn Monroe, Madonna, ataupun Krisdayanti. ”Waktu saya lihat iklannya di media cetak, baru saya ngeh bahwa itu iklan Sunsilk. Saya sama sekali tidak bisa menangkap pesan iklannya,” tutur Fauziah, yang menyayangkan Sunsilk menggunakan ikon Krisdayanti. Lantaran, menurutnya, artis dan pemain sinetron itu sudah banyak dipakai oleh produk lain sebagai bintang iklan. Alias, sudah pasaran dan tidak eksklusif lagi sebagai bintang iklan Sunsilk.

Majalah Mix