Selasa, 11 November 2008

judul - judul skripsi thesis

REFERENSI PENELITIAN S1-S2-S3

(Penelitian dibawah ini hanya sebagai referensi atau pembanding bagi penelitian yang akan dilakukan yang sifatnya ETD (Electronic Thesis Dissertasion) seperti perguruan tinggi di luar negeri. Tidak disarankan untuk plagiat. Segala bentuk plagiat dari konsumen bukan tanggung jawab kami.

Pengaruh Perceived Service Quality Dan Satisfaction Terhadap Consumer Loyalty

Analisis Positioning Break Coffee & Book Berdasarkan Persepsi Konsumen

Pengaruh Tipe Keterlibatan Konsumen terhadap Kepercayaan Nasabah Dan Dampaknya Pada Loyalitas Nasabah Bank

Pengaruh Kinerja Bauran Pemasaran Dan Budaya Konsumen Terhadap Keputusan Pembelian Komoditas Teh

Pengaruh Faktor-Faktor Keterlibatan Konsumen terhadap Loyalitas Produk

Analisis Tingkat Kepuasan Alumni Terhadap PGTKI Bina Insan Mulia Yogyakarta

Analisis Perilaku Membeli Mobil Merek Toyota Kijang Di Kota Surakarta Berdasarkan Theory Of Planned Behavior

Pengaruh Kreativitas Iklan Tolak Angin Terhadap Loyalitas Konsumen

Segmentasi Pasar Kartu Sellular IM3 di Yogyakarta

Hubungan Keterlibatan Konsumen Dengan Perilaku Pemilihan Produk Lipstik

Analisis Posisi Kartu Telepon Mentari Terhadap Pesaingnya Bagi Mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Analisis Elemen-Elemen Brand Equity Produk Kaos Pada Produk Merek “ In T- Shirt Di Yogyakarta

Pengaruh Tipe Keterlibatan Konsumen terhadap Kepercayaan Merek dan Dampaknya pada Keputusan Pembelian

Efektivitas Iklan dalam Model Keputusan Pembelian

Pengaruh Kualitas Pelayanan, Kepercayaan, Nilai Dan Ekuitas Merek Terhadap Loyalitas Pelanggan Flexi Di Balikpapan

Pengaruh Service Quality Perception Dan Satisfaction Terhadap Purchase Intention Pada Konsumen KFC

Analisis Minat Beli Dan Persepsi Konsumen Terhadap Kualitas Produk Mobil Berdasarkan Faktor-Faktor Country Of Origin

Analisis Perilaku Etis Wiraniaga Perusahaan Consumer Goods di Yogyakarta

Pengaruh Pola Komunikasi Orang Tua Terhadap Peran Anak Sebagai Influencer Dalam Keputusan Pembelian

Pengaruh Atribut Iklan Televisi terhadap Respon Pemirsa Ponds Flawless White (Studi kasus pada Remaja Putri Di Yogyakarta).

Analisis Kepuasan Konsumen Terhadap Atribut Pelayanan Jasa Event Organizer (Suatu Studi Kasus Pada Wangsit Party Consultant)

Pengaruh Pola Komunikasi Orang Tua Terhadap Peran Anak Sebagai Influencer Dalam Keputusan Pembelian

Hubungan Citra Pertamina Dengan Loyalitas Pemakaian Produk Pertamina

Analisis Pengaruh Komitmen Konsumen Terhadap Niat Perpindahan Konsumen Produk Pelembab Pemutih Wajah Tjefuk

Pengaruh Kepuasan Kerja Dan Partisipasi Kerja Terhadap Kinerja Pegawai (Studi Kasus Pada Pegawai Dinas Perindustrian dan Perdagangan Koperasi dan UKM Kabupaten Sragen)

Pengaruh Partisipasi Kerja Dan Komitmen Organisasi Terhadap Kepuasan Kerja Karyawan Dealer Yamaha Mulia Yogyakarta

Pengaruh Insentif, Pendidikan Dan Pelatihan, Penghargaan Terhadap Kenerja Pegawai Administrasi (Studi Kasus Di Fakultas Teknik UGM)

Pengaruh Kesegaran Jasmani dan Motivasi Kerja Terhadap kinerja yang dilakukan pada Guru Pendidikan Jasmani dan Olahraga Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Bantul

Pengaruh Perilaku Karyawan terhadap Partisipasi Kerja Karyawan PT. Kereta Api (Persero) wilayah DAOP VI Yogyakarta

Pengaruh Organization Citizenship Behavior terhadap kinerja Personil Poltabes Yogyakarta

Pengaruh faktor situasional efektivitas kepemimpinan terhadap kepuasan kerja karyawan Ramayana Department Store Yogyakarta

Role Conflict Yang Terjadi Pada Para Customer Service Di Pt. Excelcomindo Pratama Yogyakarta

Pengaruh Motivasi Dan Efektivitas Kepemimpinan Terhadap Produktivitas Kerja Karyawan Pada CV JAYA WARSA di Klaten - Jawa Tengah

Analisis Pengaruh Motivasi Terhadap Prestasi Kerja Karyawan Studi Kasus Pada Hotel Rose Inn di Yogyakarta

Pengaruh Kepuasan Kerja dan Komitmen Organisasi Terhadap Organization Citizenship Behaviour

Kepuasan Kerja Dalam Perspektif Gender: Studi Pada Usaha Kecil Kasongan dan Manding Di Bantul

Analisis Pengendalian Biaya Mutu pada PT. Mondrian Klaten

Analisis Rasio Keuangan Pada Apbd Pemerintah Kota Yogyakarta

Pengaruh Teknologi Sistem Informasi dan Kepercayaan Pada Teknologi Sistem Informasi Terhadap Kinerja Individu Karyawan Perbankan di DIY

Pengaruh Pendapatan Asli Daerah dan Dana Alokasi Umum Terhadap Belanja Daerah Di Daerah Istimewa Yogyakarta

Persepsi Mahasiswa Akuntansi Tentang S cope Work Internal Auditor

Pengaruh Computer Anxiety, Locus Of Control Dan Gender Terhadap Keahlian Mahasiswa Akuntansi Dalam Menggunakan Komputer

Pengaruh Partisipasi Penganggaran dan Job Relevant Information terhadap Kinerja Manajerial

Evaluasi Kinerja Keuangan BMT Al Ikhlas Yogyakarta Sebelum dan Sesudah Perluasan Usaha

Pengaruh Rasio Keuangan Terhadap Return Saham Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEJ

Analisis Sensitivitas Etis Mahasiswa Akuntansi UII Yogyakarta

Studi Computer Self Efficacy (CSE) Dalam Era Digitalisasi: Komparasi Antara Novice Accountant dan akuntan Pendidik

Pengaruh Partisipasi Penganggaran, Job Relevant Information dan Komitmen pada Tujuan terhadap Kinerja Manajerial

Pengaruh Computer Anxiety terhadap Keahlian Mahasiswa Akuntansi Universitas Atma Jaya Yogyakarta dalam Menggunakan Komputer : Locus of Control sebagai faktor Moderasi

Pengaruh Struktur Kepemilikan Modal Terhadap Kebijakan Utang Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di BEJ

Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan Wajib Pajak Badan di DIY

Analisis Sistem Kualitas, Kualitas Pelayanan dan Kinerja: Perspektif Penyedia Jasa Rumah Sakit di Klaten

Hubungan Antara Pendapatan Asli Daerah Dengan Belanja Pembangunan (Studi Pada Daerah Istimewa Yogyakarta )

Gaya Baru Kampanye Merek-merek Unilever

Ada yang baru dari sejumlah merek keluaran Unilever. Kalau iklan Lux dan Molto untuk pertama kalinya tampil dalam bungkus kreatif kartun animasi, Sunsilk justru memasang wajah artis cantik Marilyn Monroe, Madonna, dan Krisdayanti.

Usai sukses membuat penasaran pemirsa lewat iklan berseri Pond’s, lagi, tahun ini Unilever menyajikan sejumlah iklan anyarnya lewat merek Lux, Molto, dan Sunsilk. Tidak seperti iklan-iklan sebelumnya, ketiga merek tersebut menawarkan kreatif yang benar-benar beda.

Lux dan Molto umpamanya, untuk kali pertamanya menyodorkan iklan bertema kartun. Sementara Sunsilk, memilih memunculkan ikon-ikon bintang kelas dunia maupun lokal. Yaitu, Madonna, Marilyn Monroe, dan Krisdayanti.

Sebagai merek yang membidik pasar dewasa, tema kartun merupakan pilihan yang terbilang berani. Apalagi, cerita iklan keduanya—Lux dan Molto—dibungkus bak sebuah dongeng.

Mari tengok cerita iklan Lux. Dikisahkan di sebuah desa antah berantah, hiduplah seorang boneka perempuan biasa bernama Luna. Dalam perjalanannya, tiba-tiba Luna menemukan batu ungu ajaib, yang belakangan merupakan sabun bantangan Lux. Di perhujung cerita, berkat menggunakan batu ungu ajaib itu, Luna berubah menjadi wanita paling cantik sekaligus menawan.

Setali tiga uang dengan Lux, Molto juga menghadirkan sosok Andy, pria jeans yang diceritakan berasal dari Negeri Kain. Dikisahkan di sana, Andy adalah seorang pop star yang memiliki kekasih Lily, perempuan katun sutra. Berkat kesetiaan Andy dan Lily memakai Molto Ultra, mereka pun akhirnya selalu tampil menjadi mahluk kain paling indah dan menawan di Negeri Kain.

Dijelaskan Senior Brand Manager Molto Veronica Utami, ”Negeri Kain adalah pendekatan imaginer dengan mempersonifikasikan pakaian sebagai mahluk hidup. Sementara Molto Ultra adalah produk yang digunakan oleh berbagai jenis pakaian itu untuk tetap menjaga bentuk, warna, dan kesegaran sehingga pakaian selalu tampil menarik.”

Tak tanggung-tanggung, lewat sosok Andy yang juga seorang pop star, memutuskan Molto untuk menggandeng Warner Music Indonesia. Dikatakan Veronica, musik adalah bahasa universal yang dipercaya mampu membuat orang terhanyut dan mendalami pesan komunikasi dari sebuah merek. ”Untuk itu, kami mengambil pendekatan jalur musik untuk membawa karakter Andy dan Lily lebih jauh ke dalam hati konsumen.” lanjutnya.

Hasilnya, Molto bukan hanya menghadirkan iklan bertema kartun dan musik, melainkan juga meluncurkan album berjudul Andy & Friends Love. Dalam album tersebut, ada hits berjudul ”La La La” yang dinyanyikan Andy. Selain itu, Andy juga berkolaborasi dengan 7 penyanyi terkenal. Sebut saja Marcell, Krisdayanti, Acha Septriasa dan Irwansyah, Jikustik, Andien, serta Maliq & D’Essentials, yang melantunkan hits-nya masing-masing.

Untuk membedah album Andy & Friends Love, kami telah menghadirkan Konser Selembut Cinta bertema Valentine Concert from Andy to Lily, yang tayang di RCTI dan TPI,” ungkap Veronica, yang menyebutkan album Andy & Friends Love juga dijual di pasaran dan bisa dijadikan kado romantis dalam merayakan hari Valentine.

Perubahan besar terjadi juga pada Sunslik. Selain melempar iklan anyar, Sunsilk juga memperkenalkan logo dan kemasan barunya. Kali ini, logo baru Sunsilk berbentuk tanda seru. ”Tanda seru yang merupakan logo baru Sunsilk, mengkomunikasikan semangat hidup yang tak bisa menunggu. Tentu saja sesuai dengan semangat hidup perempuan usia 20-an,” ujar Putri Paramita, Senior Brand Manager Sunsilk.

Mengambil tema semangat hidup yang tak bisa menunggu pada diri perempuan usia 20-an, dilakoni Sunsilk berdasarkan hasil riset global yang telah digelar Unilever. Melalui riset tersebut, ditemukan hasil bahwa setengah dari perempuan dari berbagai sudut dunia memilih bersembunyi di dalam rumah karena tidak percaya diri saat mereka merasa tidak bahagia dengan rambutnya.

Sementara itu, riset yang Sunsilk lakukan di Indonesia menjumpai fakta bahwa 97% perempuan berpendapat rambut memiliki peran penting dalam penampilan, yang membuatnya lebih bahagia dan tampil percaya diri. Bahkan, lebih dari 50% perempuan di Surabaya dan Makasar mengatakan bahwa rambut lebih penting dibanding pakaian. Yang menarik, 94% perempuan di Indonesia menyatakan bahwa rambut dapat mengubah penampilan dalam seketika, yang melahirkan rasa bahagia, percaya diri, dan yakin dalam menjalani hidup sekaligus meraih cita-cita.

Tak heran, bersamaan dengan peluncuran logo anyarnya, Sunsilk merefleksikan temuan tersebut dalam sebuah kanpanye global bertajuk Sebab Hidup Tak Bisa Menunggu. Kali ini, Sunsilk menjadikan Marilyn Monroe dan Madonna sebagai inspirasi bagi perempuan di berbagai belahan dunia. “Gaya rambut mereka turut menandai setiap perubahan hidup yang mereka alami,” tegas Putri, yang mengaku kampanye global tersebut pertama kali dirilis di Amerika.

Di Indonesia, Sunsilk memasang wajah artis cantik Krisdayanati.Walhasil, iklan Sunsilk yang tayang di Indonesia kali ini menampilkan wajah ketiganya—Marilyn Monroe, Madonna, dan Krisdayanti. “Krisdayanti telah terpilih sebagai ikon lokal yang mampu disejajarkan dengan artis dunia seperti Marilyn Monroe ataupun Madonna,” imbuh Putri.

Di mata Fauziah, pengkonsumsi loyal sejumlah produk Unilever—salah satunya Lux—ketiga iklan tersebut dianggap membingungkan dan aneh. “Iklan Lux, Molto, dan Sunsilk yang baru, menurut saya aneh dan membingungkan,” aku Fauziah, ibu satu putra yang kini berusia 33 tahun.

Bagi Fauziah—pegawai negeri sipil yang tengah menimba S2 di Universitas Negeri Jakarta—tema kartun yang diambil Lux dan Molto tak ubahnya iklan produk anak-anak. Bahkan, memanfaatkan kreativitas kartun, menurut dia, terkesan mengekor trend pasar. Maklum saja, iklan ber-genre kartun memang bukan yang pertama di Indonesia.

Pertama kali saya nonton, saya enggak ngeh ini iklan sabun. Meskipun, diceritakan di dalamnya, tokoh Luna menemukan batu ajaib ungu, yang merupakan sabun padat Lux. Baru di terakhir, ketika iklannya menyebut-nyebut nama Lux, saya ngeh bahwa itu iklan Lux,” urai Fauziah, yang lebih menyenangi iklan Lux sebelumnya, yang menampilkan the riil kecantikan seorang bintang seperti Luna Maya, Dian Sastro, dan sebagainya. Alias, bukan boneka kartun.

Setali tiga uang dengan Lux, iklan Molto pun dianggap Fauziah tak lebih bagus dibandingkan iklan sebelumnya. Diceritakan Fauziah, ”Pesan iklannya enggak jelas. Pertama kali muncul, iklan Molto khan berbentuk teaser. Beda dengan Pond’s yang benar-benar bikin saya penasaran, sampai saya menunggu-nunggu kelanjutannya, iklan Molto sama sekali tak membuat saya penasaran untuk mencari tahu kelanjutannya.”

Sebaliknya, dia justru menyukai iklan Molto sebelum-sebelumnya, versi anak dan ibu yang tengah merasakan sekaligus mencium kelembutan dari sebuah kain—yang notabene sudah menggunakan Molto saat proses pencucian. ”Pesan iklan Molto yang dulu jauh lebih jelas dibandingkan iklan versi kartun yang sekarang,” tegas Fauziah.

Demikian juga dengan Sunsilk. Kali pertama melihat iklan Sunsilk di TV, Fauziah menduga iklan itu adalah iklan album kaset artis-artis legendaris seperti Marilyn Monroe, Madonna, ataupun Krisdayanti. ”Waktu saya lihat iklannya di media cetak, baru saya ngeh bahwa itu iklan Sunsilk. Saya sama sekali tidak bisa menangkap pesan iklannya,” tutur Fauziah, yang menyayangkan Sunsilk menggunakan ikon Krisdayanti. Lantaran, menurutnya, artis dan pemain sinetron itu sudah banyak dipakai oleh produk lain sebagai bintang iklan. Alias, sudah pasaran dan tidak eksklusif lagi sebagai bintang iklan Sunsilk.

Fokus Pada Saluran Pemasaran

Beberapa waktu lalu, dalam sebuah diskusi bisnis dengan beberapa usaha kecil menengah (UKM) terlontar sebuah pertanyaan menarik. Setelah mampu menciptakan sebuah produk berdaya saing tinggi, lalu bagaimana cara yang tepat dalam memasarkannya?

Pemasaran memang menjadi kendala banyak UKM di Indonesia. Hal ini cukup wajar, karena masih banyak UKM yang melakukan pengelolaan bisnisnya secara tradisional. Yaitu, cukup membuat produk baik dan tinggal menunggu konsumen datang. Hal ini tidak salah, namun tidak bisa membuat UKM memiliki daya saing di pasar yang semakin kompetitif.


Untuk itu, menjadi UKM berdaya saing tinggi harus dengan produk yang berkualitas, harga yang rasional, dan juga strategi pemasaran yang ampuh. Dengan strategi pemasaran yang ampuh, maka tujuan akhir sebuah perusahaan akan dapat tercapai secara optimal. Yaitu memaksimalkan keuntungan perusahaan.

Salah satu bagian terpenting dari strategi pemasaran adalah bagaimana menentukan saluran distribusi atau saluran pemasaran yang tepat.

Ada beberapa definisi mengenai saluran distribusi. Bucklin, dalam bukunya Theory of Distribution Channel Structure, menjelaskan bahwa saluran distribusi merupakan kumpulan dari cara yang mendukung semua aktivitas untuk menyalurkan produk kepada konsumen. Sedangkan Timothy R. Furey, salah satau penulis buku The Channel Advantage, memaparkan bahwa saluran distribusi merupakan sebuah cara untuk menghubungkan produk Anda ke konsumen.

Dalam menentukan saluran distibusi atau pemasaran, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan. Pertama, UKM perlu menentukan saluran pemasaran yang tepat. Artinya, harus ada kesesuaian antara produk, konsumen, dan saluran pemasaran yang digunakan.

Misalnya UKM industri kerajinan dengan orientasi pasar ekspor, maka saluran pemasaran yang digunakan adalah internet atau website. Dengan begitu, maka konsumen akan dengan mudah memilih produk yang diinginkan tanpa perlu membuang waktu untuk datang ke Indonesia. Selain itu, transaksi dapat dilakukan melalui fasilitas email. Alhasil, baik UKM maupun konsumen dapat menekan biaya sekaligus waktu dalam bertransaksi.

Contoh sukses UKM dalam menerapkan saluran pemasaran melalui internet adalah Tonton Taufik dengan perusahaannya Rattanland Furniture. Dengan modal awal hanya Rp 5 juta, Tonton membuat website dan menawarkan produk meubel rotan ke luar negeri.

Seiring dengan waktu, Tonton berhasil mendapatkan buyer satu demi satu. Dan sekarang, Tonton telah memiliki buyer yang berasal dari 72 negara. Tonton mengakui, karena webstie menjadi media perusahaan yang langsung berhubungan dengan konsumen, maka desain dan isinya harus benar-benar diperhatikan.

Ampuhnya internet sebagai saluran pemasaran membuat Tonton tertarik untuk membangun kembali website lainnya sebagai wadah pertumbuhan bisnisnya. Dan sampai saat ini telah ada tradeworld.com, theteak.com, dan woodfurniture.net.

Selain internet, masih ada banyak saluran pemasaran lainnya yang dapat digunakan perusahaan. Misalnya dengan sales force atau tenaga penjual langsung dan dengan membuka toko atau retailer. Yang penting adalah saluran pemasaran yang digunakan harus tepat dalam menyalurkan produk kepada konsumen.

Kedua, setelah saluran pemasaran yang tepat, harus ada integrasi dalam penggunaan saluran pemasaran. Artinya, baik itu sales force, retailer, dan customer service tidak berjalan sendiri-sendiri. Harus ada keterkaitan yang saling mendukung.

Misalnya, customer service harus mampu mempromosikan produk ketika ada pertanyaan langsung dari konsumen. Lalu, tenaga penjual akan proaktif menghubungi konsumen baik secara langsung maupun melalui internet. Hal ini tergantung tingkat efisiensi dan efektifitasnya. Dan terakhir, bagian retailer dan pengiriman mampu mendistribusikan produk dengan sebaik-baiknya.

Akhirnya, dengan saluran pemasaran yang tepat dan terintegrasi, UKM dapat meningkatkan daya saing, pertumbuhan pendapatan, loyalitas konsumen, dan keuntungan yang lebih baik. ***

Mengukur Effectivitas Iklan

Dalam bukunya berjudul Strategic Brand Management, Keller mengidentifikasikan ada sembilan ben­tuk komunikasi yang dapat dilakukan oleh pengelola merek/produk dengan konsumen­nya, yakni iklan melalui media, iklan respons iangsung, iklan di tempat tertentu, iklan di tempat penjualan, promosi dagang, promosi konsumen, iklan sponsor peristiwa, relasi pu­blik, dan penjualan langsung melalui per­sonal. Dari sembilan bentuk komunikasi tersebut yang paling membutuhLan biaya terbesar adalah iklan melalui media.


Tentang iklan ini ada satu joke menarik di dunia riset iklan. Diketahui bahwa lima puluh persen iklan tidak ada dampaknya, sementara lima puluh persen lagi tidak diketahui cara mengukur dampakuya. Walaupun kata‑kata ini dikemukakan untuk sekedar joke, tetapi di banyak perusahaan memang demikianlah kondisinya. Dari berkunjung dan berdiskusi dengan orang pemasaran di banyak perusahaan di Indone­sia saya menganggap bahwa orang bagian marketing communication memang paling bahagia. Bagaimana tidak? tidak ada satu pun dari orang. orang bagian marketing lain, apalagi bukan marketing. yang akan mengukur performance mereka. Kalau bagian lain jelas terlihat performance-nya, apalagi bagian sales, sedangkan marketing communication hanya ditanyakan tentang program apa yang dikerjakan, budgetnya berapa, bagaimana komunikasi dan visuali­sasinya, terakbir, iklannya bagus apa tidak (inipun feeling dan kesepakatan bersama yang nuansa subjektivitasnya sangat tinggi).

Tetapi apakah joke di atas benar? se­sungguhnya tidak. Saat ini berkembang begitu banyak metode pengukuran yang bisa mengetahui dampak sebuah iklan. Bahkan ada satu peneliti sekaligus pelaku iklan yang pernah melakukan kompilasi bahwa sampai saat ini ada sekitar 456 teori dan metode yang dapat digunakan sebagai dasar untuk mengetahui effektivitas iklan.

Menurut Heirarchy of effect model, dari melihat iklan sampai dengan melakukan pembelian, konsumen selalu mengikuti alur proses yang sangat teratur. Pengambilan keputusan konsumen dalam membeli dan mengkonsumsi produk/merek tertentu diawali oleh awareness atau pengenalan terhadap produk tersebut, kemudian dilan­jutkan dengan pemahaman, ditindak lanjuti dengan tingkat kesukaan dan penilaian lebih baik dibandingkan dengan produk lain dan akhirnya konsumen memutuskan untuk mencoba merek tersebut. Dari model ini disebutkan bahwa proses ini selalu berurutan dan selalu berawal dari proses pengenalan. Awareness sendiri berasal dari ditangkapnya informasi tentang merek dan produk oleh konsumen, baik oleh usaha yang dilakukan oleh konsumen sendiri dalam aktivitasnya (baik sengaja maupun tidak sengaja mencari) ataupun oleh aktivitas proaktif pengelola produk/merek untuk mengkomunikasikan produk/jasanya.

Walaupun sebenarnya ada tiga fungsi iklan, yakni menginformasikan produk/merek, mengingatkan tentang produk/merek dan mempengaruhi target penerima iklan untuk menggunakan produk/merek yang dilklankan, tetapi pada dasarnya tujuan akhir dari iklan adalah perubahan ‘attitude’ dari target penerimanya. Hanya masalahnya seringkali adalah sulitnya mengetahui.

Apabila dilakukan periodesasi atas cara­cara pengukuran efektivitas iklan, ternyata ditemukan perbedaun metode pada empat periode. Yang pertama adalah periode yang mendasarkan evaluasi iklan pada respon langsung yang diwakili oleh Claude Hopkins pada tahun 1922 dengan bukunya scientific advertising. Buku ini dikatakannya sangat mempengaruhi pola pikir David Ogilvy. .

Periode kedua adalah pengukuran tentang pengaruh eksekusi iklan (gambar, suara, dan lain‑lain), dan pemikiran periode ini digunakan oleh Procter & Gamble sampai sckarang. Periode ketiga adalah meng­evaluasi kampanye iklannya sendiri, khusus­nya pada level individu. Pendekatan periode ini diformalkan oleh Russel Colley di bukunya berjudul DAGMAR (Defining Advertising Goals for Measured Advertis­ing Response) methodology (Colley, 1961), yang akhirnya menjadi salah satu model yang sangat terkenal. Sedangkan periode keempat dik:atakannya sebagai research nir­vana yang dikatakannya paling kuat terjadi di daratan Eropa.

Pada tahun 1994 Mehta, yang mendapatkan PhD dari Syracuse University mengembangkan sebuah model yang ditu­jukan untuk mengukur effectivitas iklan, yakni Advertising Response Model (ARM), yang menghubungkan secara langsung antara iklan dengan minat beli. Salah satu penemuan dari penelitian ini adalah bahwa iklan dapat dievaluasi dampaknya ke konsumen tidak hanya secara keselurahan iklan, tetapi termasuk elemen‑elemennya seperti pesan yang berhubungan dengan produk/merek, dan hal‑hal yang berhu­bungan dengan eksekusi iklan dan figur yang digunakan sebagai penyampai pesannya.

ARM sendiri cukup menarik mengingat penelitian‑penelitian tentang iklan pada umumnya berorientasi pada pengaruhnya terhadap brand image, brand salience, recall (starch) dan recognition. Dengan meng­hubungkan antara iklan dan minat beli terbuka peluang untuk menghitung secara kuantitatif atas biaya‑biaya yang dikeluarkan untuk iklan yang selama ini masih menjadi pertanyaan dan dampaknya terhadap pen­jualan (realisasi dari minat beli).

Selain dari klasifikasi cara evaluasi iklan menurut periodenya, sampai saat ini sebe­narnya ada 4 kerangka berfikir tentang pengukuran pengaruh iklan, yaitu:

  • Model berdasar pengaruhnya (response)terhadap penjualan,
  • Model yang memunculkan persuasi iklan pada audiencenya,
  • Model yang mendorong keterlibatan (in­volvement) audiencenya, dan Model yang mendasarkan pada salience (kepopuleran)
  • Model mana yang harus diikuti sehenar­nya sangat tergantung dari tujuan iklannya (advertising objective).
Hanya pertanyaan yang sering timbul apakah pengiklan dan biro iklannya menetapkan advertising objec­tives? Banyak memang perusahaan yang secara rigid menetapkannya, tetapi hasil diskusi saya dengan banyak perusahaan ternyata lebih banyak perusahaan yang menjawabnya tidak tabu. Kalau kondisinya demikian tentu muncul pertanyaan lagi: apanya yang harus diukur?

MENGAPA CUSTOMER NGGAK COMPLAIN ?

uatu pagi ada seorang kepala cabang bank yang begitu sampai di kantornya langsung sekretarisnya mengatakan bahwa dia dipanggil direksi, pesannya sangat penting dan harus pagi itu juga menghadap. ”Wah kehormatan besar ” pikirnya, karena jarang-jarang seorang kepala cabang dipanggil direksi sepagi itu. Urusan performance cabang yang meningkat pikirnya, karena berdasarkan laporan tahunan yang dipublikasikan secara internal cabangnya menduduki peringkat 3 teratas dalam posisi menghasilkan keuntungan dibandingkan 180 cabang milik bank tersebut. Sesampai kantor direksi yang memanggil, setelah basa basi laiknya atasan kepada bawahan, sang kepala cabang disodori sebuah koran dan dikatakan ”tolong jelaskan kepada saya, mengapa hal tersebut dapat terjadi !”

Ditodong seperti itu jelas kaget bukan kepalang. Mana pagi ini dia berangkat ke kantor belum sempat baca koran karena pagi-pagi harus mengantar anak dulu ke sekolah. Ternyata yang disodorkan adalah surat pembaca yang isinya komplain keras nasabah bank tersebut ketika transaksi di cabangnya.

Mengapa direksi bank tersebut sangat concern terhadap surat pembaca yang dikirim nasabah ? bukannya itu hanya ungkapan kekecewaan 1 nasabah saja dan itu merupakan satu dari sekian banyak transaksi yang dilakukan oleh cabang tersebut dalam satu hari transaksi ?

Dalam pemasaran, kasus di atas ternyata masalahnya tidak sekedar kasus seorang nasabah yang menuliskan surat pembaca tersebut. Ada survey yang menyebutkan bahwa dari 100 konsumen yang sedang mengalami masalah, hanya 4 orang saja yang kemudian melakukan complain kepada perusahaan penyedia jasa. Artinya adalah bahwa hanya 1 dari 25 orang bermasalah yang mengutarakan masalahnya dalam bentuk complain. Yang lebih parah lagi sebenarnya adalah bahwa hasil penelitian menunjukkan bahwa dari setiap 25 complain yang diterima oleh perusahaan, hanya 1 saja yang diteruskan (dan diketahui) oleh top management. Artinya adalah bahwa setiap kali ada 1 complain diketahui oleh top management, sebenarnya ada 25 x 25 = 625 pelanggan yang mengalami ketidak puasan. Kalau demikian yang terjadi makanya tidak mengherankan kalau direksi bank yang saya sebutkan di atas langsung bertindak dengan memanggil anak buahnya begitu ada komplain nasabah di koran.

Lalu mengapa hanya 1 dari 25 konsumen yang tidak puas yang mengekspresikan ketidak puasannya menjadi komplian ? apa yang dilakukan oleh orang kecewa yang lain ? ternyata banyak alternative yang tersedia. Ada yang diam saja dan memaklumi, kemudian ada yang tidak mengekspresikannya dalam bentuk komplain akan tetapi justru mengatakan kepada teman dan kerabatnya tentang kekecewaannya menggunakan merek tertentu. Sebagian lagi konsumen yang tidak komplain pergi begitu saja bahkan bersumpah tidak akan mau menggunakan jasa perusahaan itu lagi.

Beberapa tahun yang lalu saya memiliki kolega seorang wanita yang usianya sekitar 55 tahun. Karena kebutuhan transaksi keuangannya cukup banyak, saya tawarkan dia untuk menjadi nasabah bank tertentu yang akan banyak membantunya untuk mengelola keuangan dan memudahkan transaksi. Akan tetapi konsumen itu bilang ”dulu saya pernah kecewa sekali pada bank tersebut” saya jawab ”sekarang pelayanannya sudah sangat lain dan jauh meningkat” tetapi apa yang dikatakan sungguh mengejutkan : ” saya tetap tidak akan menggunakan bank tersebut”. Kasus ini mengajarkan kepada para marketer, ada kelompok konsumen yang memiliki karakter bahwa sekali dikecewakan tidak akan kembali lagi. Hasil survey …. bahkan mengatakan bahwa biaya untuk menarik kembali pelanggan yang pernah dikecewakan adalah 15 kali lebih tinggi dibandingkan dengan biasa untuk mendorong konsumen yang biasa-biasa saja menjadi konsumen loyal.

Lalu apa sebenarnya yang menyebabkan konsumen yang kecewa tidak mengekspresikan ketidak puasannya menjadi complain ? ternyata setiap konsumen sebenarnya memiliki apa yang disebut belief tentang complain, yaitu : 1) konsumen tidak tahu kalau komplain harus ditujukan kepada siapa ? 2) konsumen percaya bahwa kalaupun komplain akan percuma saja. 3) konsumen beranggapan bahwa prosedur komplain selalu berbelit, dan 4) komplain yang dilakukan bisa jadi memperburuk keadaan.

Untuk yang pertama, banyak perusahaan yang tidak memberitahukan kepada konsumen apabila menghadapi masalah dalam penggunaan produknya, atau penyedia jasa yang tidak menginformasikan ke mana kalau kalau komplain apabila konsumen mengalami masalah. Hal ini dapat menyebabkan konsumen lalu diam saja atau apabila produk tersebut adalah jenis fast moving atau low involvement yang siklus pembeliannya pendek, pembelian berikutnya akan langsung pindah ke merek lain. Oleh karena itu apapun produk atau jasa yang dijual oleh perusahaan, sebaiknya konsumen diinformasikan dengan jelas ke mana (telepon/website/alamat) harus komplain apabila menghadapi masalah tentang produk atau jasa yang dibelinya.

Yang kedua, ini cukup besar, konsumen sebenarnya memiliki kepercayaan bahwa kalaupun mereka komplain sebenarnya percuma saja. Walaupun ketika komplian ditanggapi secara serius, tetapi akhirnya akan menguap begitu saja. Kepercayaan konsumen ini tentu tidak lahir begitu saja, melainkan berdasarkan akumulasi dari pengalamannya sendiri ataupun pengalaman orang-orang di sekitarnya yang ditularkan kepadanya. Faktor informasi dari orang lain inilah sebenarnya juga ancaman bagi pemilik merek yang tidak menanggapi ketidak puasan konsumennya secara baik. Lalu bagaimana mengatasi kepercayaan yang sudah dimiliki oleh konsumen tersebut ? sekali lagi adalah faktor informasi dan komunikasi. Ketika seorang konsumen komplain, 1) konsumen harus diyakinkan bahwa komplainnya ditangani dengan baik dan 2) konsumen harus mengetahui bagaimana perkembangan penyelesaian masalah yang dikomplain tersebut. Kasus yang dialami oleh sebuah provider telekomunikasi di Jakarta menjadi contoh yang baik, yaitu bahwa tingkat penyelesaian masalah yang dikeluhkan oleh pelanggan sebenarnya sangat tinggi, akan tetapi karena ketika masalah tersebut selesai konsumen tidak diberitahu maka dianggap bahwa perusahaan tersebut belum melakukan perbaikan dan masalah selesai sendiri. Akibatnya adalah ketidak puasan konsumen terhadap penyelesaian masalah di perusahaan ini tetap tinggi.

Yang ketiga adalah sebuah perasaan wajar yang dialami oleh setiap konsumen. Ketika mereka akan komplain ternyata disuruh mengisi berbagai form dan menyerahkan form tersebut ke bagian-bagian tertentu dan akhirnya oleh bagian tersebut diminta lagi mengisi buku komplain atau ditanya berbagai hal. Prosedur seperti ini jelas saja tidak memudahkan konsumen yang sedang menghadapi masalah akan tetapi justru memperumit. Oleh karena itu sebaiknya konsumen dibebaskan menyampaikan keluhan dalam bentuk apapun, yang penting jelas. Kadang-kadang perusahaan menganggap konsumen mengada-ada, tetapi lebih baik perusahaan berasumsi positif saja, karena dengan adanya keluhan seperti ini sekaligus menguji prosedur operasi standar yang dimiliki oleh perusahaan untuk menyelesaikan sebuah permasalahan.

Masalah yang keempat yang menyebabkan konsumen tidak mengekspresikan komplain seringkali terjadi pada sektor layanan publik. Sampai saat ini masih banyak yang beranggapan bahwa ketika lapor kehilangan kambing malah akan kehilangan sapi. Artinya adalah bahwa biaya yang harus dikeluarkan untuk menyelesaikan masalah justru lebih besar dari kerugian yang ditimbulkan oleh masalah itu sendiri.

Kalau kondisi konsumen untuk komplain saja tidak terlalu bersedia tersebut, bagaimana cara perusahaan untuk melakukan perbaikan internal agar kualitas layanan kepada konsumen semakin baik ? di sinilah arti pentingnya customer response centre atau di beberapa perusahaan sudah menginformasikan secara luas tentang pusat layanan pelanggan. Selain itu secara periodik sebaiknya dilakukan survey yang mengukur kepuasan pelanggan. Kalau dihitung biayanya, membangun sebuah pusat layanan pelanggan dan melakukan survey kepuasan pelanggan akan jauh lebih kecil biayanya dibandingkan biaya yang harus dikeluarkan untuk menarik kembali nasabah yang tidak puas dan terlanjur menjadi pelanggan merek lain.

Komunikasi Efektif Marketing Politik

Saat ini, di dalam maupun di luar negeri, marketing politik telah dipercaya dan banyak digunakan oleh para politisi yang ingin mencapai tujuannya. Karena itu, saya membuat sebuah model komunikasi yang dapat membantu para politisi. Mulai dari meningkatkan awareness sampai dengan tujuan akhirnya, yaitu berhasil dipilih oleh banyak masyarakat pemilih.

Berdasarkan model yang saya adopsi, strategi komunikasi ini fokus pada dua hal. Yaitu, message yang ingin disampaikan dan media yang akan digunakan.

Untuk kesuksesan peningkatan kepercayaan pemilih, perlu diperhatikan beberapa hal dalam membuat message/pesan yang ingin disampaikan. Pertama, isi pesan harus sesuai dengan target yang ingin dicapai. Artinya, jelas, singkat, namun padat. Kedua, cara atau gaya penyampaian pesan yang digunakan harus sesuai dengan sasaran pemilih yang ingin dibidik. Misalnya, untuk socio economic status (SES) atau kelas atas berbeda gaya penyampaiannya dengan kales bawah seperti kelas C, D, atau E.

Lalu, hal yang juga penting adalah media yang digunakan untuk menyampaikan berbagai pesan tersebut. Seiring dengan pesatnya perkembangan teknologi, media telah menjadi alat yang sangat ampuh saat ini. Untuk itu, pemilihan media yang tepat sangat berpengaruh terhadap cepat atau lambatnya penyebaran pesan atau informasi yang ingin di-deliver ke masyarakat pemilih.

Ada dua media yang sangat ampuh dan sering digunakan oleh para ahli strategi bisnis dan sangat tepat digunakan untuk marketing politik saat ini. Yaitu, media internet dan mobile media.

Setidaknya ada dua keuntungan yang didapat jika memanfaatkan media internet dalam menyebarkan informasi. Pertama, sebuah partai atau para politisi dapat menjangkau masyarakat pemilih di mana saja dan kapan saja. Kedua, biaya yang diperlukan sangat kecil. Yaitu, cukup untuk keperluan membuat dan menjaga komunikasi melalui berbagai fitur yang diinginkan di internet.

Namun, strategi komunikasi marketing politik tidak saja dapat dilakukan melalui media internet, tetapi juga bisa melaui mobile media seperti handphone. Misalnya, seorang seorang politisi dapat mengirimkan sms ke 100 nomor telepon kepada relasinya. Lalu, tiap relasinya tersebut akan meneruskannya ke tiap 100 relasinya masing-masing. Jika ini terus berjalan, maka akan terjadi penyebaran informasi yang sangat dahsyat.

Saat ini, jumlah masyarakat yang telah memiliki handphone sangat tinggi. Lihat saja, tidak hanya di kota-kota besar, di daerah-daerah terpencil pun telah banyak masyarakat yang memiliki handphone. Karena itu, komunikasi melalui media handphone dapat berpengaruh besar terhadap peningkatan personal branding politisi.

Mari kita lihat kasus pemilihan gubernur di Provinsi Jawa Barat.

Kemenangan pasangan Achmad Heryawan dan Dede Yusuf (Hade) sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Barat sangat memukau publik. Pasangan ini mengalahkan Gubernur sebelumnya Danny Setiawan-Iwan Sulanjana dan mantan calon wakil presiden Agum Gumelar-Nu’man Abdul Hakim.

Kemenangan ini seperti menjadi penanda sebuah era baru dimana orang-orang yang telah dikenal kuat di benak masyarakat, seperti artis, telah menjadi idola baru. Akibatnya, para pesaingnya yang nota bene adalah tokoh politik yang telah memiliki pengalaman puluhan tahun tiba-tiba kalah begitu saja. Hal ini menyebabkan terjadinya pergeseran para kanditat pemimpin yang sebelumnya selalu didominasi politikus dan militer. Alhasil, para artis berbondong-bondong tertarik ataupun ditarik untuk masuk ke dunia politik. Dunia yang sebelumnya sangat asing bagi mereka.

Lalu, apa sebenarnya rahasia sukses dari pasangan Hade ini?

Pertama, masyarakat telah memiliki tingkat popularitas (awareness) yang kuat terhadap Hade, khususnya terhadap Dede Yusuf. Akibatnya, bagi masyarakat pemilih yang tidak mengetahui visi dan misi para kandidat, maka popularitas menjadi faktor utama mereka dalam memilih.

Karena itu, Hade menggunakan kata kunci ”Bodrek” untuk memudahkan masyarakat pemilih me-recall namanya. Hal ini wajar, karena Dede Yusuf telah sangat terkenal sebagai bintang iklan obat sakit kepala, Bodrek. Akibatnya, banyak masyarakat yang sebelum memilih, mengatakan akan memilih ”Bodrek”. Sebuah ucapan yang lepas, ketidakpahaman, tapi penuh keyakinan. Intinya, hade menggunakan komunikasi yang sederhana dan mudah diingat oleh masyarakat pemilih.

Kedua, strategi komunikasi Hade fokus pada segmen masyarakat pemilih tertentu. Yaitu segmen ibu-ibu dan anak-anak muda yang terdiri dari mahasiswa, para pencari kerja, dan pekerja swasta. Sehingga, program-programnya dan strateginya menjadi lebih terarah dan tepat sasaran.

Bila ibu-ibu lebih menyukai pasangan ini karena kegantengan dari sang artis, Dede Yusuf, maka untuk segmen lainnya Hade mengimplementasikan strategi komunikasi yang berbeda.

Salah satu strategi yang gencar dilakukannya adalah startegi komunikasi viral marketing. Sebuah strategi yang memanfaatkan fasilitas internet untuk menyebarkan visi dan programnya. Misalnya melalui blog, mailing list, dan You Tube. Karena, mahasiswa, pencari kerja, dan pekerja swasta adalah komunitas yang sangat familiar dengan dunia internet. Lihat saja, ada banyak blog yang secara sukarela mengangkat dan ikut mempopulerkan pasangan ini di dunia internet. Alhasil masyarakat pemilih menjadi lebih paham (understand) terhadap visi dan program-program Hade.

Ketiga, Hade mem-positioning-kan diri sebagai pemimpin berjiwa muda. Hal ini ditunjukannya dengan mengkomunikasikan program-programnya yang selalu diarahkan pada perubahan dan pembukaan lapangan pekerjaan. Bahkan, di kartu pemilih, pasangan merepresentasikan dirinya sebagai bagian dari anak muda dengan menampilkan foto tanpa memakai peci. Akibatnya, pemilih muda pun memiliki preferensi yang kuat terhadapnya.

Dan akhirnya, dengan suka rela segmen masyarakat yang dibidik pun memilih (vote) Hade sebagai harapannya dan mampu membawa Hade ke kursi Gubernur dan Wakil Gubernur.***