Selasa, 11 November 2008

Komunikasi Efektif Marketing Politik

Saat ini, di dalam maupun di luar negeri, marketing politik telah dipercaya dan banyak digunakan oleh para politisi yang ingin mencapai tujuannya. Karena itu, saya membuat sebuah model komunikasi yang dapat membantu para politisi. Mulai dari meningkatkan awareness sampai dengan tujuan akhirnya, yaitu berhasil dipilih oleh banyak masyarakat pemilih.

Berdasarkan model yang saya adopsi, strategi komunikasi ini fokus pada dua hal. Yaitu, message yang ingin disampaikan dan media yang akan digunakan.

Untuk kesuksesan peningkatan kepercayaan pemilih, perlu diperhatikan beberapa hal dalam membuat message/pesan yang ingin disampaikan. Pertama, isi pesan harus sesuai dengan target yang ingin dicapai. Artinya, jelas, singkat, namun padat. Kedua, cara atau gaya penyampaian pesan yang digunakan harus sesuai dengan sasaran pemilih yang ingin dibidik. Misalnya, untuk socio economic status (SES) atau kelas atas berbeda gaya penyampaiannya dengan kales bawah seperti kelas C, D, atau E.

Lalu, hal yang juga penting adalah media yang digunakan untuk menyampaikan berbagai pesan tersebut. Seiring dengan pesatnya perkembangan teknologi, media telah menjadi alat yang sangat ampuh saat ini. Untuk itu, pemilihan media yang tepat sangat berpengaruh terhadap cepat atau lambatnya penyebaran pesan atau informasi yang ingin di-deliver ke masyarakat pemilih.

Ada dua media yang sangat ampuh dan sering digunakan oleh para ahli strategi bisnis dan sangat tepat digunakan untuk marketing politik saat ini. Yaitu, media internet dan mobile media.

Setidaknya ada dua keuntungan yang didapat jika memanfaatkan media internet dalam menyebarkan informasi. Pertama, sebuah partai atau para politisi dapat menjangkau masyarakat pemilih di mana saja dan kapan saja. Kedua, biaya yang diperlukan sangat kecil. Yaitu, cukup untuk keperluan membuat dan menjaga komunikasi melalui berbagai fitur yang diinginkan di internet.

Namun, strategi komunikasi marketing politik tidak saja dapat dilakukan melalui media internet, tetapi juga bisa melaui mobile media seperti handphone. Misalnya, seorang seorang politisi dapat mengirimkan sms ke 100 nomor telepon kepada relasinya. Lalu, tiap relasinya tersebut akan meneruskannya ke tiap 100 relasinya masing-masing. Jika ini terus berjalan, maka akan terjadi penyebaran informasi yang sangat dahsyat.

Saat ini, jumlah masyarakat yang telah memiliki handphone sangat tinggi. Lihat saja, tidak hanya di kota-kota besar, di daerah-daerah terpencil pun telah banyak masyarakat yang memiliki handphone. Karena itu, komunikasi melalui media handphone dapat berpengaruh besar terhadap peningkatan personal branding politisi.

Mari kita lihat kasus pemilihan gubernur di Provinsi Jawa Barat.

Kemenangan pasangan Achmad Heryawan dan Dede Yusuf (Hade) sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Barat sangat memukau publik. Pasangan ini mengalahkan Gubernur sebelumnya Danny Setiawan-Iwan Sulanjana dan mantan calon wakil presiden Agum Gumelar-Nu’man Abdul Hakim.

Kemenangan ini seperti menjadi penanda sebuah era baru dimana orang-orang yang telah dikenal kuat di benak masyarakat, seperti artis, telah menjadi idola baru. Akibatnya, para pesaingnya yang nota bene adalah tokoh politik yang telah memiliki pengalaman puluhan tahun tiba-tiba kalah begitu saja. Hal ini menyebabkan terjadinya pergeseran para kanditat pemimpin yang sebelumnya selalu didominasi politikus dan militer. Alhasil, para artis berbondong-bondong tertarik ataupun ditarik untuk masuk ke dunia politik. Dunia yang sebelumnya sangat asing bagi mereka.

Lalu, apa sebenarnya rahasia sukses dari pasangan Hade ini?

Pertama, masyarakat telah memiliki tingkat popularitas (awareness) yang kuat terhadap Hade, khususnya terhadap Dede Yusuf. Akibatnya, bagi masyarakat pemilih yang tidak mengetahui visi dan misi para kandidat, maka popularitas menjadi faktor utama mereka dalam memilih.

Karena itu, Hade menggunakan kata kunci ”Bodrek” untuk memudahkan masyarakat pemilih me-recall namanya. Hal ini wajar, karena Dede Yusuf telah sangat terkenal sebagai bintang iklan obat sakit kepala, Bodrek. Akibatnya, banyak masyarakat yang sebelum memilih, mengatakan akan memilih ”Bodrek”. Sebuah ucapan yang lepas, ketidakpahaman, tapi penuh keyakinan. Intinya, hade menggunakan komunikasi yang sederhana dan mudah diingat oleh masyarakat pemilih.

Kedua, strategi komunikasi Hade fokus pada segmen masyarakat pemilih tertentu. Yaitu segmen ibu-ibu dan anak-anak muda yang terdiri dari mahasiswa, para pencari kerja, dan pekerja swasta. Sehingga, program-programnya dan strateginya menjadi lebih terarah dan tepat sasaran.

Bila ibu-ibu lebih menyukai pasangan ini karena kegantengan dari sang artis, Dede Yusuf, maka untuk segmen lainnya Hade mengimplementasikan strategi komunikasi yang berbeda.

Salah satu strategi yang gencar dilakukannya adalah startegi komunikasi viral marketing. Sebuah strategi yang memanfaatkan fasilitas internet untuk menyebarkan visi dan programnya. Misalnya melalui blog, mailing list, dan You Tube. Karena, mahasiswa, pencari kerja, dan pekerja swasta adalah komunitas yang sangat familiar dengan dunia internet. Lihat saja, ada banyak blog yang secara sukarela mengangkat dan ikut mempopulerkan pasangan ini di dunia internet. Alhasil masyarakat pemilih menjadi lebih paham (understand) terhadap visi dan program-program Hade.

Ketiga, Hade mem-positioning-kan diri sebagai pemimpin berjiwa muda. Hal ini ditunjukannya dengan mengkomunikasikan program-programnya yang selalu diarahkan pada perubahan dan pembukaan lapangan pekerjaan. Bahkan, di kartu pemilih, pasangan merepresentasikan dirinya sebagai bagian dari anak muda dengan menampilkan foto tanpa memakai peci. Akibatnya, pemilih muda pun memiliki preferensi yang kuat terhadapnya.

Dan akhirnya, dengan suka rela segmen masyarakat yang dibidik pun memilih (vote) Hade sebagai harapannya dan mampu membawa Hade ke kursi Gubernur dan Wakil Gubernur.***

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda