Selasa, 09 Desember 2008

8 tend kunci



Agar lolos dari jebakan perang harga, mau tidak mau, perusahaan harus memperhatikan tren-tren kunci yang merupakan dampak perubahan teknologi, politik-legal, sosial-budaya, ekonomi dan pasar. Berikut 8 tren temuan MarkPlus yang bermanfaat bagi perusahaan untuk menghindari terjadinya perang harga sekaligus sebagai upaya mencari segmen pasar baru, cara-cara baru mengikat pelanggan, dan teknik-teknik baru mengeksekusi strategi di tahun 2008.

(Insert Exhibit 1)


Tren 1: penetrasi Internet meningkat tajam (teknologi). Jumlah pemakai Internet di Indonesia masih sangat rendah, sekitar 20 juta atau 9% dari total jumlah penduduk Indonesia. Begitu pula tingkat penetrasinya: cuma 8,9%. Parahnya lagi, penetrasi yang rendah itu dibarengi dengan tingkat adopsi teknologi yang juga rendah. Namun, tahun 2008 diperkirakan akan terjadi lompatan penetrasi Internet di Indonesia. Pasalnya, kini beragam fasilitas yang memungkinkan penetrasi internet— warung Internet, Wi-Fi, broadband dan kabel — telah tumbuh demikian cepat. Bahkan, pemerintah juga berinisiatif menyediakan fasilitas hotspot di sejumlah daerah di Indonesia lewat kampanye penyebaran Internet ke desa. Sinyal kuat lainnya adalah pembangunan proyek Palapa Ring. Jika proyek ini selesai dibangun, Palapa Ring akan mampu menyediakan akses telepon dan Internet bagi sekitar 40 ribu desa. Dengan sedikit rangsangan agar masyarakat aktif menggunakan Internet, bisa dipastikan pada 2008 akan terjadi booming Internet.

Tren 2: kebijakan prokompetisi (politik-legal). Sebelumnya, siapa yang pernah membayangkan Garuda Indonesia akan berkompetisi dengan maskapai penerbangan lokal seperti Lion Air, Batavia Air dan Adam Air. Atau, siapa yang pernah membayangkan monopoli Pertamina dicabut yang memaksa perusahaan minyak nasional ini harus bersaing dengan perusahaan minyak asing seperti Shell dan Petronas. Situasi pasar yang berubah drastis telah mendorong pemerintah melakukan berbagai upaya pembaruan sistem birokratis menjadi lebih efektif dan efisien layaknya organisasi bisnis. Kian banyak kebijakan pemerintah yang semakin terbuka dan propasar.

Tren 3: mekarnya desentralisasi (politik-legal). Upaya pemerintah pusat memberikan kewenangan yang lebih besar kepada pemerintah daerah, yang dikenal dengan desentralisasi, mulai menunjukkan hasil. Pasalnya, meski sempat tertatih-tatih lantaran regulasi yang tumpang tindih, desentralisasi beberapa daerah mulai menunjukkan prestasi yang menggembirakan. Sebut saja, Kabupaten Sragen yang sukses menerapkan e-government atau Kabupaten Lamongan yang berhasil menjalin kerja sama dengan Temasek untuk membangun industrial estate dan bandar udara masa depan. Karena dianggap sukses memimpin daerahnya, Untung Sarono Wiyono kemudian dipercaya menjadi Bupati Sragen untuk kedua kalinya. Bagi partai politik, ini jelas sebuah keuntungan. Pasalnya, para pemimpin daerah yang berhasil memimpin daerahnya dapat dijadikan sebagai salah satu vote getter pada Pemilu 2009.

Tren 4: ekonomi populis kepada rakyat kecil (ekonomi). Banyak kalangan memprediksi, satu setengah tahun ke depan pemerintah akan jorjoran menggelar kebijakan ekonomi populis yang memihak rakyat kecil. Tidak ada yang salah dengan perkiraan tersebut mengingat Pemilu 2009 sudah di depan mata. Dalam waktu selama itu, pemerintah tentu tidak ingin kehilangan momentum untuk mengambil hati masyarakat menengah-bawah. Apalagi, jumlah mereka yang berada dalam lapisan tersebut -- segmen C, D dan E -- sangat besar, yakni sekitar 185 juta penduduk. Untuk menarik simpati mereka, mau tidak mau pemeritah harus mengakomodasi kebutuhan golongan menengah-bawah. Tren inilah yang akan terus menguat pada 2008.

Tren 5: kebangkitan komunitas i-Express (sosial-budaya). Kebangkitan “komunitas i-Express” akan menemukan momentumnya pada 2008. Anda ingat Pesta Blogger 2007 yang berlangsung Oktober tahun lalu? Acara tersebut berlangsung sangat meriah dan dihadiri tak kurang dari 500 blogger. Dari situ setidaknya tecermin, kini semakin banyak orang yang ingin mengekspresikan diri. Lewat media seperi blog, yahoo messenger, friendster dan you-tube, mereka ingin berkomunikasi dengan orang lain secara bebas. Kenyataan inilah yang mendorong lahirnya “clash of authorization” atau kondisi di mana semua orang merasa benar, merasa punya otoritas, dan ingin mengomunikasikannya. Pada sisi lain, fenomena ini juga menunjukkan kredibilitas sumber informasi independen lebih dipercaya dibanding sumber berita konvensional.

Tren 6: mendengarkan rumor versus mencari fakta (sosial-budaya). Perlakuan sebagian besar orang Indonesia terhadap informasi ternyata cenderung pasif daripada aktif. Orang Indonesia, misalnya, lebih suka duduk dan mendengarkan informasi dibanding berdiri dan mencari informasi. Tak mengherankan, mereka lebih suka rumor dibanding mencari fakta. Publikasi di berbagai media massa yang mengandung gosip laku keras. Mereka juga lebih suka mencerna informasi yang ringan dari sumber yang ringan pula. Sementara, informasi yang berat -- yang untuk mencernanya perlu mengernyitkan pikiran -- jarang dilirik. Dengan karakteristik seperti itu, wajar bila orang Indonesia sering termakan isu yang tidak jelas. Menjelang Pemilu 2009 diperkirakan akan banyak isu yang dilempar untuk mempermainkan emosi dan membentuk opini masyarakat (test the water). Salah satu yang sudah mengemuka adalah isu mengenai aliran sesat. Setiap perusahaan tentu perlu memperhatikan karakteristik orang Indonesia tersebut dalam merencanakan dan mengeksekusi strategi pemasaran mereka.

Tren 7: daya beli luar Jawa lebih tinggi (pasar). Sepanjang 2007 secara ekonomi masyarakat di luar Jawa lebih beruntung dibanding masyarakat Jawa. Pasalnya, sebagian besar harga komoditas perkebunan, pertanian dan pertambangan yang banyak tumbuh dan diproduksi di luar Jawa seperti karet, kopra, cokelat, batu bara, timah dan kopi mengalami lonjakan harga yang tinggi di pasar internasional. Keadaan ini membuat munculnya gelombang kekayaan bagi daerah-daerah di luar Jawa. Daya beli masyarakat di luar Jawa pun meningkat tajam. Bahkan, Badan Pusat Statistik menyebutkan, pada 2006 tingkat belanja konsumsi kota-kota di luar Jawa secara umum lebih tinggi dibandingkan kota-kota di Jawa (kecuali di Jakarta). Hal ini membuat para pemasar tidak boleh melewatkan peluang pasar luar Jawa begitu saja.

Tren 8: restrukturisasi segmen mass-market (pasar). Sebagai pemasar, Anda harus berpikir ulang jika ingin menyasar “value-oriented segment” (segmen yang menginginkan kualitas bagus tapi dengan harga yang pantas) yang dari 1998 hingga 2007 diidentikkan sebagai segmen pasar terbesar. Mengapa? Karena tahun 2008, sebagian besar value-oriented segment akan bermigrasi ke bawah menuju price-oriented segment dan menjelma menjadi segmen baru: smart value-oriented segment. Celakanya, di sisi lain, mayoritas price-oriented segment juga akan bermigrasi ke atas membentuk smart value-oriented segment tersebut. Smart value-oriented segment inilah yang bakal menjadi segmen mass-market baru. Secara sederhana smart value-oriented segment ini didefinisikan sebagai konsumen yang menginginkan kualitas bagus tapi dengan harga yang murah.


0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda